Wednesday, January 21, 2009

Kado Cinta


Kado Cinta


"Bisa saya melihat bayi saya ?" pinta seorang ibu yang baru melahirkan penuh kebahagiaan. Ketika gendonga n itu berpindah ke tangannya, dan membuka selimut yang membungkus wajah bayi lelaki yang mungil itu, ia menahan nafasnya. Dokter yang menungguinya segera berbalik, memandang ke arah luar jendela rumah sakit. Bayi itu dilahirkan tanpa kedua daun telinga!
Waktu membuktikan bahwa pendengaran bayi yang kini telah tumbuh menjadi seorang anak itu bekerja dengan sempurna. Hanya penampilannya saja yang tampak aneh dan buruk. Suatu hari, anak lelaki itu bergegas pulang ke rumah dan membenamkan wajahnya di pelukan sang ibu sembari menanggis. Si ibu tahu bahwa hidup anak lelakinya penuh dengan kekecewaan dan tragedi. Sambil terisak-isak, anak lelaki itu sering berkata, "Seorang anak laki-laki mengejekku. Katanya, aku ini mahluk aneh."
Anak lelaki itu tumbuh dewasa. Ia cukup tampan meskipun cacat. Teman-teman di sekolahnya pun menyukainya. Ia juga mengembangkan bakatnya di bidang musik dan menulis. Ia ingin sekali menjadi ketua kelas. Ibunya mengingatkan, "Bukankah nantinya kau akan bergaul dengan remaja-remaja lain ?" Dalam hati, si ibu merasa kasihan dengannya.
Suatu hari, ayah anak ini bertemu dengan seorang dokter yang bisa mencangkokkan telinga untuknya. "Saya percaya saya bisa memindahkan sepasang daun telinga untuknya. Tetapi, harus ada seseorang yang bersedia mendonorkan telinganya," kata dokter. Kemudian, orang tua anak lelaki itu mulai mencari siapa yang bersedia mengorbankan telinga dan mendonorkannya. Beberapa bulan sudah berlalu, dan tibalah saatnya untuk memanggil anak lelakinya.
"Nak, seseorang yang tak ingin dikenal telah bersedia mendonorkan telinganya padamu. Kami harus segera mengirimmu ke rumah sakit untuk dioperasi, Namun, semua ini sangatlah rahasia," kata sang ayah.
Operasi berjalan dengan sukses. Seorang lelaki baru dilahirkan. Bakat musiknya yang hebat itu berubah menjadi kejeniusan. Ia pun menerima banyak penghargaan dari sekolahnya. Beberapa waktu kemudian, ia menikah dan bekerja sebagai seorang diplomat. Ia menemui ayahnya, "Yah, aku harus mengetahui siapa yang telah bersedia mengorbankan semuanya ini padaku. Ia telah berbuat sesuatu yang besar, tapi aku sama sekali belum membalas kebaikannya."
Ayahnya menjawab, "Ayah yakin kau takkan bisa membalas kebaikan hati orang yang telah memberikan daun telinga itu." Setelah terdiam sesaat, ayahnya melanjutkan, "Sesuai dengan perjanjian, belum saatnya bagimu untuk mengetahui semua rahasia ini."
Tahun berganti tahun. Kedua orantua lelaki ini tetap menyimpan rahasia. Hingga pada suatu hari, tibalah saat yang menyedihkan bagi keluarga itu. Di hari itu, ayah dan anak lelaki itu berdiri ditepi peti jenazah ibunya yang baru saja meninggal. Dengan perlahan dan lembut sang ayah membelai rambut jenazah si Ibu yang terbujur kaku itu, lalu menyibakkannya sehingga tampaklah bahwa sang ibu tidak memiliki daun telinga.
"Ibumu pernah berkata bahwa ia merasa senang sekali karena bisa memanjangkan rambutnya," bisik sang ayah. "Dan tak seorang pun menyadari bahwa ia telah kehilangan sedikit kecantikannya bukan ?"
Kecantikan yang sejati tidak terletak pada penampilan tubuh, tapi di dalam hati.
Harta karun yang hakiki tidak terletak pada apa yang telihat, tetapi pada apa yang tidak terlihat.

No comments: